Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Saturday, April 11, 2020

Titik nol : perjalanan tak biasa

Apa yang ada di benakmu ketika kamu mendengar istilah travelers? Mungkin kamu akan membayangkan negara-negara eksotis di eropa. Atau mungkin menyambangi Kanada, Amerika dan Australia. Lalu pengalaman apa yang akan kamu dapatkan? Mungkin kamu membayangkan penginapan yang nyaman, dan destinasi wisata yang melenakan dengan keindahan alamnya. Lalu bagaimana jika justru seorang traveler  menyambangi negara-negara miskin, kumuh, penuh dengan bahaya dan kegetiran, ditambah dengan perjalanan yang mendebarkan. Jauh dari keindahan. Tapi lebih dari itu perjalanan itu menawarkan pengalaman yang begitu kaya. Inilah yang saya dapatkan dari kisah perjalanan Agustinus Wibowo lewat  bukunya ‘Titik Nol.’

Di buku tersebut saya diajak untuk melanglang empat negara dengan kisah perjalanan yang unik, mendebarkan, menggairahkan, menyenangkan tapi justru menimbulkan kegetiran. Semua bercampur, teraduk-aduk dalam satu kisah yang berkelindan dengan kisah yang lainnya. Kita seakan-akan ikut menjelajah bersama Agustinus lewat kisah perjalanannya yang terjalin dengan begitu sempurna. Dengan menggunakan bahasa nan sastrawi tapi mengalir dan mudah dicerna, kita akan menemani Agustinus menjelajahi empat negara. Dimulai dari Urumqi-Xinjiang menuju Tibet (Cina). Kemudian setelah itu perjalanan berlanjut menuju Nepa, India, Pakistan dan terakhir Afghanistan. Untuk kisah perjalanan Afghanistan Agustinus sudah menulis kisah khusus dalam buku ‘Selimut Debu.’

Maka, sepertinya tidak tepat jika kita mengatakan Agustinus hanya sedekar traveler. Tapi dia juga seorang explorer. Bahkan, saya berani mengatakan Agustinus seorang Sosiolog/Antropolog karena menyoroti kebudayaan dan kebiasaan/kultur masyarakat setempat. Dia juga seorang sejarawan karena menyoroti sejarah masa lalu dan peradaban silam dari setiap daerah yang pernah dia singgahi. Terkadang, Agustinus berfilosofi sehingga kita menemukan banyak makna dan arti kehidupan dari setiap perjalanannya. Maka tak heran ketika orang bijak bilang, setiap perjalanan selalu menyimpan perjalanan.

Jika traveler mainstream menjajal kesenangan di tempat baru, maka Agustinus menjajal bahaya,  kesusahan dan penderitaan selama perjalanan. Melewati berhari-hari lamanya di dalam kereta dari Xinjiang ke Urumqi, pernah dirampok dan dicopet hampir disetiap negara yang disinggahinya, bahkan dilecehkan secara seksual oleh penyuka sesama jenis di India, Pakistan dan Afghanistan yang terkenal dengan tradisi Bacha Bazi-nya. Maka tak heran, teman seperjalanan Lim, menjuluki si Agustinus dengan julukan 3 R (Rob me, Rape me, Resque me) dalam kata pengantarnya di buku ini.

Download titik nol.Pdf

No comments:

Post a Comment

KKN Desa Penari

Saat motor melaju kencang menembus hutan, Widya mendengar tabuhan gamelan. Suaranya mendayu-dayu dan terasa semakin dekat. Tiba-ti...

Post Top Ad

Your Ad Spot

Menu