Pengarang : tere liye
Tebal : 307 halaman
Kategori : Novel
Kapan terakhir kali kita memeluk ayah kita? Menatap wajahnya, lantas bilang kita sungguh sayang padanya? Kapan terakhir kali kita bercakap ringan, tertawa gelak, bercengkerama, lantas menyentuh lembut tangannya, bilang kita sungguh bangga padanya?
Dam, adalah seorang anak yang lahir dari keluarga sedehana dan bersahaja. Ia dibesarkan dengan dongeng-dongeng Ayahnya. Ayah yang dikenal terlalu jujur. Dan dongeng-dongeng itu bercerita tentang perjalanan Ayah mencari makna bahagia di dunia ini.
Dam tumbuh dengan pemahaman berbeda. Dongeng Ayah Dam berhasil membentuk karakter Dam dengan baik. Meski tak jarang Ia bertengkar dengar Jarjit, karena Jarjit mengolok-oloknya dengan sebutan keriting dan pengecut. Dan cerita Sang Kapten, pemain bola kesayangannyavmembuat Dam lebih berbesar hati pada setiap hal yang diucapkan Jarjit. Ayahnya bercerita bahwa Ia pernah bertemu dengan Sang Kapten dan menyaksikan Sang Kapten kecil yang berlatih dengan bola kasti kumal yang ditemukan di tempat sampah.
Dam tak pernah menceritakan dongeng Ayahnya kepada siapapun. Ia mengingat pesan Ayahnya bahwa cerita itu adalah rahasia antara Ia dan Ayahnya. Hanya Taani, yang ia percaya untuk mendengar cerita hebat Ayahnya. Hingga suatu hari Taani membuat semua orang di sekolah Dam mengetahui bahwa Ayah Dam mengenal Sang Kapten, pemain sepak bola nomor satu. Semua teman dan Guru berebut ingin mendengar cerita Dam dan menitipkan barang agar nanti di tandatangani saat Sang Kapten mengadakan kunjungan ke kota mereka.
Pemakaman Ayah Dam di penuhi lautan manusia. Manusia dari berbagai penjuru dunia seolah tumpah di pemakaman Ayahnya. Sang Kapten, Si Nomor Sepuluh, bahkan layang-layang besar seperti yang di ceritakan Ayah Dam dalam dongeng Suku Penguasa Angin pun hadir. Dam membatin ‘Ayahku Bukan Pembohong‘.
No comments:
Post a Comment