Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Monday, April 13, 2020

Jangan Tulis Kami Teroris


bagaimanapun jadi catatan yang mengingatkan bahwa ada sejumlah waktu yang telah dilalui Linda, dengan cakrawala intelektualnya yang terus berkembang melesat jauh meninggalkan masa dua dekade silam. Begitu kesan yang muncul. Ia  ibarat penggalan catatan harian berisi tumpahan pikiran segala panca indera yang merekam segala pengalaman dalam masa-masa akhir di dua dekade tersebut, khususnya sejak memimpin kantor berita Aceh Feature, lalu sedikit ‘tenggelam’ dalam hiruk-pikuk kehidupan masyarakat sekitarnya. Linda  sekarang ini bukan lagi sekedar mahasiswa sastra dekade akhir 1990an dengan hasrat mengubah dunia melalui bakat kepenulisan yang piawai. Ia bergerak dan terus berkembang.

Buku ini pun mengajak kita membuka lapisan-lapisan nebula yang membuat pikiran seringkali temaram saat kita bersinggungan dengan persoalan dalam kehidupan sehari-hari seperti agama (‘Saya dan Islam’, tulisan pertama di buku ini dan menjadi tulisan favorit dari keseluruhan tulisan), yang jarang mempersoalkan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan yang muncul di dalamnya. Hal serupa juga terjadi ketika Linda membahas ideologi seperti komunisme dan nasionalisme,  bangsa dan juga asal-usul kesukuan seseorang atau satu kelompok yang membentuk ragam cerita 14  tulisan di dalam buku ini. Semuanya adalah tema-tema besar abad ke-19 dan menemui puncaknya di panggung sejarah abad ke-20 dalam catatan sejarah dunia.  Menyadari ini saya merasakan kesenangan yang mengalir seperti ketika kita mendapat hadiah menyenangkan yang begitu saja datang tanpa pernah diduga sebelumnya. Cakrawala intelektualitas Linda berkembang tanpa henti. Ia juga menulis tanpa henti.


No comments:

Post a Comment

KKN Desa Penari

Saat motor melaju kencang menembus hutan, Widya mendengar tabuhan gamelan. Suaranya mendayu-dayu dan terasa semakin dekat. Tiba-ti...

Post Top Ad

Your Ad Spot

Menu